Sunday, December 5, 2010

Mengagumi Kemiskinan

November 2009, kami menikah. Seorang laki-laki anarkis dan perempuan filantropis belajar menyusun rumahtangga.

Dari sebuah obrolan kecil pada kencan pertama menonton Slumdog Millionare, kami mewujudkannya dengan menyusuri ruang-ruang marjinal di beberapa negara. Acak. Berbekal tabungan selama kami bekerja, kami mengembara.
 

Kami menatap kemiskinan dengan penuh kekaguman. Catatan-catatannya terkumpul lengkap dalam kenangan.


Kesimpangsiuran pemikiran muncul pada subjek dan objek karya kami: kemiskinan.
Mengagumi kemiskinan adalah perbuatan yang tidak ajeg. Sebab kemiskinan semestinya jadi sesuatu yang cuma sementara. Kemiskinan bukan sesuatu untuk diabadikan. Bila hari ini miskin dan besok masih miskin, maka kita semua telah gagal.
 

Sayangnya, menghapus kemiskinan bukan perbuatan mudah. Kemiskinan adalah salah satu makhluk dari kotak Pandora yang berkeliaran. Namun seperti dua sisi mata uang, di balik wajah kemiskinan ada harapan.
 

Wajah kemiskinan kami bagikan pada mereka yang jarang menghabiskan waktu untuk menengok sejenak pada kenyataan. Wajah harapan kami angkat untuk keseimbangan. Kerjasama dua wajah tersebut kami harap bisa memberikan sudut pandang berbeda untuk satu hal yang sama.
 

Kelak, ketika kemiskinan sudah nyaris musnah, kami akan berhenti berkarya tentang kemiskinan dan merayakan era baru.



Teks oleh Indrawan Prabaharyaka
Gambar oleh Widyastuti Prabaharyaka kecuali gambar terakhir oleh Ivy Sheila

No comments:

Post a Comment